PEMBAHARUAN

............ Bagi siswa siswa kelas X, kata sandi telah diperbaharui pada 8-4-2016, yang mau posting di Blog SMK Bukateja (Blog siswa) harap menghubungi nomor : 081391031086

Rabu, 13 April 2016

GERILYA PERTAHANKAN KEMERDEKAAN

Banyak orang begitu mudah menyerah dengan keterbatasannya. Tidak demikian dengan Jenderal Soedirman. Meski sedang sakit-sakitan hingga harus ditandu, ia tak kehilangan semangatnya untuk mengabdikan jiwa dan raganya untuk kemerdekaan Indonesia. Jenderal Soedirman (Adipati Dolken) yang sedang didera sakit berat ternyata tidak gentar memimpin perang gerilya demi mempertahankan kemerdekaan RI.
Bersama 12 tentaranya, ia melakukan perjalanan ke arah selatan melalui hutan-hutan selama tujuh bulan. Saat itu, Sukarno (Baim Wong) dan Hatta (Nugie) tengah diasingkan ke Pulau Bangka setelah Belanda melancarkan Agresi Militer II pada 19 Desember 1948 setelah mengingkari Perjanjian Renville. Belanda juga berusaha menguasai Yogyakarta sebagai ibu kota negara. Saat bergerilya di dalam hutan, Soedirman nyaris tertangkap Belanda. Namun, penyamaran berkali-kali ampuh menyelematkannya. Akan tetapi, saat itu Belanda menyatakan, Indonesia sudah tidak ada. Geram dengan pernyataan Balanda, Soedirman dari dalam hutan melalui satelit radio menyiarkan Republik Indonesia masih ada. Ia menyatakan, Indonesia masih kokoh berdiri bersama tentara nasionalnya yang kuat dan tangguh. Dengan taktik gerilya, Jenderal Soedirman yang kerap dipanggil Pak De oleh tentaranya itu berusaha membuat Jawa menjadi medan perang gerilya yang luas. Melalui caranya tersebut, ia berhasil membuat Belanda bisa kehabisan waktu dan logistik dalam menghadapi perang gerilya yang dipimpin olehnya. Dengan kemanunggalan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan rakyat, akhirnya Indonesia memenangkan perang. Selain itu, dengan ditandatanganinya Perjanjian Roem-Royen, Belanda pun mengakui kedaulatan kemerdekaan RI seutuhnya. Dalam perang gerilya tersebut, Jenderal Soedirman juga dibantu oleh Kapten Nolly yang diperankan (Ibnu Jamil). Kapten Nolly selalu menerima perintah yang diberikan Jenderal Soedirman dan mengoordinasikan tentara yang ikut bersama jenderalnya itu. Tak hanya tentara, bahkan dalam film tersebut dihadirkan juga peran Karsani yang tadinya hanya rakyat biasa, bahkan sering kali ia menyolong di pasar. Namun, ternyata ia bisa menjadi sosok yang berguna dalam membantu perang gerilya yang dipimpin oleh Jenderal Soedirman. Karsani (Gogot Suryanto) bahkan harus mengorbankan nyawanya demi mempertahankan kemerdekaan RI melalui perang gerilya itu. Malalui sosok Karsani juga, sutradara Viva Westi berhasil membuat film tersebut tidak disajikan berat karena ada sisi humoris dari Karsani. Film Jenderal Soedirman yang tayang sejak 27 Agustus 2015 membuat penonton mudah mengerti alur cerita tanpa harus pusing dengan menghafal nama-nama peran yang ada di dalamnya. Bahkan, banyak beberapa dialog dan adegan lucu yang Viva hadirkan agar penonton tak harus selalu berpikir keras untuk memahami makna dan cerita sejarah perang gerilya yang dipimpin Jenderal Soerdirman. "Kami ingin membuat film yang mendekatkan tokoh dan sejarah kepada orang-orang muda dan khalayak luas dan karenanya unsur hiburan menjadi faktor penting," kata Viva. Ada beberapa fakta sejarah yang tidak banyak diketahui oleh orang banyak mengenai Jenderal Soedirman. Tanpa perang gerilya yang dilakukan Pak Dirman (sebutan untuk Jenderal Soedirman) maka kemerdekaan Indonesia bisa jadi tidak akan sampai sekarang ini."Tokoh Jenderal Soedirman yang sederhana, jujur, penuh integritas, dan mencintai tumpah darah Indonesia patut diperkenalkan kembali kepada generasi muda melalui film," kata produser eksekutif Letnan Jenderal Purnawirawan Kiki Syahnakri. Jenderal Soedirman menjadi kado 70 tahun kemerdekaan Indonesia. "Kami berharap, film ini dapat dapat ditonton semua kalangan, terutama generasi muda. Kita akan banyak terinspirasi dan belajar, seperti yang dicontohkan Pak Dirman untuk mencintai Tanah Air dan rakyatnya," ungkap Kiki. Mengenai peran yang dimainkan para aktor, pasti banyak pertanyaan akan seperti apa tokoh utama Jenderal Soedirman dimainkan oleh Adipati Dolken. Sebagai sutradara, Viva sendiri mengaku tidak menemukan alasan mengapa ia tidak memilih Adipati untuk memerankan tokoh utama. Adipati yang masih berumur 24 tahun ternyata bisa membawa dirinya lebih dewasa untuk memerankan tokoh utama. Terlebih lagi, lawan mainnya yang sering berdialog, seperti Ibnu Jamil, Baim Wong, Nugie, bahkan tentara lainnya yang juga lebih tua, ia terbilang cukup berhasil memainkan perannya. Keberhasilan tersebut tentunya bukan tanpa upaya apa pun, Adipati mengaku melakukan observasi mengenai seperti apa Jenderal Soedirman. Ia bahkan banyak berbincang tentang siapa Jenderal Soedirman dengan keluarga pahlawan nasional itu yang masih ada hingga sekarang. Untuk mendukung kesuksesan film tersebut, lokasi pengambilan gambar bahkan diambil di Yogyakarta, Bandung, Batujajar, dan Situ Lembang. Proses syuting juga melibatkan 200 kru dan personel Angkatan Darat yang membantu perlengkapan syuting. Perlengkapan tersebut meliputi persenjataan, adegan ledakan, dan aktor-aktor prajurit yang ada di dalam film. Sementara itu, penanganan pascaproduksi film tersebut dilakukan di Australia dan Bangkok, Thailand. 

 NAMA : DYAH EKA WINARNI (10)
                NINA AFIKA WIGATI (26)
KELAS : X BB 2